Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah (Pemprov Sulteng) memprioritaskan empat komoditas pertanian pada subsektor hortikultura untuk pasar ekspor.
“Empat komoditas berpotensi ke pasar ekspor, yakni durian, nangka, anggur, dan manggis,” kata Gubernur Sulteng Rusdy Mastura, di Palu, Rabu.
Ia menjelaskan dari empat komoditas itu, komoditas durian yang telah menembus pasar ekspor dengan negara tujuan Thailand, dan saat ini Tiongkok juga berminat mengimpor durian Indonesia berasal dari Sulteng.
Melihat peluang itu, maka pemerintah daerah (pemda) setempat melakukan percepatan pengembangan empat komoditas tersebut, melalui penyiapan lahan pada daerah-daerah penghasil dan penguatan sumber daya manusia (SDM) petani.
“Guna mempersiapkan Sulteng sebagai daerah pengekspor buah-buahan, kami juga membutuhkan kolaborasi dengan para pihak untuk mewujudkan itu ke depan,” ujarnya.
Komoditas anggur misalnya, saat ini dikembangkan warga Kota Palu yang menurut Kementerian Pertanian (Kementerian) komoditas tersebut cocok dibudidayakan di ibu kota Sulteng, sebab letak geografinya yang strategis karena dilalui garis khatulistiwa.
Saat ini Pemkot Palu telah menetapkan Kelurahan Duyu sebagai sentra anggur, dengan warga setempat telah mengembangkan komoditas itu sebagai penopang ekonomi mereka.
Selain itu, Pemkot Palu juga telah mengirimkan dua orang petani dari Kelompok Petani Anggur Duyu Bangkit ke Korea Selatan, untuk meningkatkan kemampuan petani dalam membudidayakan anggur.
“Saat ini pemda terus berupaya meningkatkan populasi komoditas tersebut. Indonesia setiap tahunnya mengimpor anggur sebesar Rp7 triliun, melihat peluang anggur di Sulteng maka Kementan meminta pemda mempersiapkan Sulteng sebagai daerah pengekspor anggur,” kata Rusdy.
Kemudian pada komoditas durian, Sulteng telah siap melakukan ekspor ke China, langkah ini telah dikoordinasikan dengan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) maupun kementerian teknis lainnya.
Saat ini Sulteng sedang mempersiapkan syarat-syarat yang ditentukan oleh Tiongkok, di antaranya registrasi Good Agricultural Practices (GAP), packing house atau rumah produksi dan sarana pelabuhan ekspor.
“Saat ini ada 1.634,29 hektare lahan telah teregistrasi GAP, kemudian petani teregistrasi GAP 133 orang, dan ada 10 rumah kemas durian di Sulteng,” ujarnya pula.
Menurut data Badan Karantina Pertanian pada Mei 2024, volume ekspor durian Sulteng ke Tiongkok bernilai kurang lebih Rp600 miliar, berupa 5.724 ton durian beku atau setara 17.172 ton buah durian utuh.
Sulteng memiliki sekitar 30 ribu hektare luas areal tanam komoditas durian, dengan jumlah tanaman sekitar 3 juta pohon lebih tersebar di 12 kabupaten.
Sumber: https://www.antaranews.com/